Senin, 05 Desember 2011

Dataran Tinggi Dieng

Dataran Tingi Dieng merupakan daerah vulkanik aktif, yang bisa dikatakan sebagai lingkungan gunung api, dengan ketinggian rata-rata sekitar 2.000 m di atas permukaan laut. Suhu di Dieng berkisar 15-20°C di siang hari dan 10°C di malam hari. Dari kejauhan, kawasan Dieng tampak seperti puncak gunung yang patah sehingga menyisakan dataran dengan banyak kawah. Itulah sebabnya Dieng dinamai dengan Plateau yang berarti dataran di atas pegunungan.

Nama Dieng sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yaitu "Di" yang berarti "tempat yang tinggi" atau "gunung" dan "Hyang" dari kata khayangan yang berarti tempat para dewa dewi. Maka Dieng berarti daerah pegunungan dimana para dewa dan dewi bersemayam, namun menurut sumber lain, nama Dieng berasal dari kata-kata dalam bahasa Jawa "adi" yang berarti indah dan "aeng" yang berarti aneh. Berarti Dieng tempat yang indah dan penuh dengan keanehan.

Secara administrasi, Dieng mencakup Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara dan Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, sedangkan secara astronomis terletak pada 7,20º LS dan 109,92º BT.

Kawasan dataran tinggi Dieng merupakan daerah wisata andalan kabupaten Wonosobo. Di daerah ini terdapat berbagai objek wisata berupa objek wisata alam dan budaya berupa peninggalan masa lampau seperti candi-candi dan benda-benda arkeolog.



Dieng plateau dikelola oleh dua kabupaten yaitu kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara. Garis batas pemisah antara kedua kabupaten ini tepat membelah Dieng Plateu. Sehingga objek-objek yang ada di sana juga terbagi, ada yang masuk wilayah Wonosobo dan ada yang masuk wilayah Banjarnegara. Namun karena kondisi geografis sedemikian rupa, maka Dieng Plateau lebih mudah dijangkau dari Wonosobo.



Objek Wisata yang terkenal berupa :
Candi

Candi-candi yang berada Dieng dibangun sebagai tempat pemujaan bagi dewa Siwa dan Sakti Siwa, merupakan peninggalan Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu Siwa. Candi-candi di daerah ini letaknya tersebar, namun ada satu kelompok candi yang terdiri dari 5 candi. Kelompok ini dinamai Candi Pendawa yang terdiri dari: candi Semar, Arjuna, Srikandi, Sembadra dan Puntadewa. Tidak jauh dari candi Pendawa, tampak candi Gatotkaca yang terletak di atas bukit Pangonan. Sedangkan candi Dwarawati terletak di kaki gunung Perahu. Ada juga Bima, candi terbesar di kawasan ini.

Kawah

Kawasan Dieng Plateu merupakan area gunung yang masih aktif. Di sini terdapat banyak kawah yang setiap saat mendidih dan mengeluarkan asap putih tebal dengan aroma khas belerang.






• Kawah Sibanteng terletak di Desa Dieng Kulon. Kawah ini pernah meletus pada bulan Januari 2009 (15/1), menyebabkan kawasan wisata Dieng harus ditutup beberapa hari untuk mengantisipasi terjadinya bencana keracunan gas. Letusan lumpurnya terdengar hingga 2km, merusak hutan milik Perhutani di sekitarnya, dan menyebabkan longsor yang membendung Kali Putih, anak Sungai Serayu.
• Kawah Sikidang adalah kawah di DTD yang paling populer dikunjungi wisatawan karena paling mudah dicapai. Kawah ini terkenal karena lubang keluarnya gas selalu berpindah-pindah. Karena seringnya berpindah-pindah seperti rusa/kidang, maka orang-orang sekitar menyebutnya kawah sikidang (anak Kijang).
• Sileri adalah kawah yang paling aktif dan pernah meletus beberapa kali (catatan yang ada 1944, 1964, 1984, dan Juli 2003). Pada aktivitas freatik terakhir (26 September 2009) muncul tiga katup kawah yang baru disertai dengan pancaran material setinggi 200 meter.
• Sinila terletak di Desa Dieng Wetan. Kawah Sinila pernah meletus pada pagi hari tahun 1979, tepatnya 20 Februari 1979.
Telaga Warna

Dinamakan telaga warna karena telaga tersebut memantulkan aneka warna yang indah. Disampingya terdapat telaga pengilon (telaga cermin) karena berkilau seperti cermin. Fenomena ini mungkin disebabkan oleh kandungan mineral telaga tersebut. Memang telaga-telaga tersebut terletak tidak jauh dari beberapa kawah yang mengeluarkan bahan-bahan mineral dari dalam bumi. Namun, pantulan warna ini tidak selalu nampak. Apalagi ketika cuaca redup. Meskipun begitu, pemandangan dan suasana di tempat ini tidak akan pernah anda temui di tempat lain.

Gua Semar

Di tepi Telaga Warna, terdapat beberapa gua kecil. Salah satu diantaranya adalah Gua Semar. Panjangnya sekitar 4 meter dengan dinding batu dan dapat digunakan untuk bermeditasi. Ada gua lain di sampingnya yaitu gua Sumur dan gua Jaran. Di dalam gua Sumur ini terdapat sumber air suci yang disebut "Tirta Prawitasari" di lokasi inilah umat Hindu biasanya mengadakan upacara ritual yang disebut Muspe/Mubakti. Disamping gua-gua kecil tersebut, juga terdapat kawah. Kawah tersebut adalah kawab Sikendang. Dinamai demikian karena kadang-kadang mengeluarkan bunyi seperti kendang.

Tuk Bimalukar

Adalah sebuah mata air dengan pancuran yang terbuat dari batu purba. Nama Bimalukar berasal dari kisah bahwa Sang Bhima Sena melukar (melepas) pakaiannya untuk disucikan. Sedang Tuk adalah sebuah kata dalam bahasa Jawa yang artinya mata air. Inilah mata air sungai Serayu yang cukup terkenal itu dan diyakini dapat menjadikan orang awet muda.



Dieng Plateau Theater (DPT)

Dieng Plateau Theater adalah sarana wisata berupa bioskop yang materinya berupa informasi peristiwa alam Dieng, seperti peristiwa Sinila tahun 1979. Sarana ini digagas oleh Gubernur Jawa Tengah kala itu, bapak H. Mardiyanto. Terletak di lereng bukit Sikendil, kira-kira 1.5 km dari pertigaan masuk Dieng, 250 meter dari Telaga Warna. Berada pada ketinggian 2.100 m di atas permukaan laut.
Kapasitas tempat duduk adalah 100 kursi. Di sekitarnya dilengkapi dengan taman dan tempat untuk bersantai. Dari sana tampak rangkaian pegunungan seperti: Gunung Prahu, Gunung Juranggrawah, Gunung Pangonan, Gunung Sipandu, Gunung Nagasari, Gunung pangamun-amun, dan Gunung Gajah Mungkur.


Museum Dieng Kailasa

Museum Dieng Kailasa, menyimpan artefak dan memberikan informasi tentang alam (geologi, flora-fauna), masyarakat Dieng (keseharian, pertanian, kepercayaan, kesenian) serta warisan arkeologi dari Dieng. Memiliki teater untuk melihat film (saat ini tentang arkeologi Dieng), panggung terbuka di atas atap museum, serta restoran.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer