
Disini di ceritakan Bagaimana Prabu Brawijaya , Sunan Kalijaga dan SABDO PALON…
Sebuah awal…akan di mulainya Kehancuran Jawa yang akan datang…yang sekarang sudah mulai terbukti kebenarannya…
Sebuah awal…akan di mulainya Kehancuran Jawa yang akan datang…yang sekarang sudah mulai terbukti kebenarannya…
Prabu Brawijaya melarikan diri ke
Bali(Klungkung) setelah Majapahit jatuh di tangan Raden Patah anaknya
sendiri yang sudah masuk Islam sekarang sudah sampai di Blambangan.
Akhirnya Sunan Kalijaga berhasil menemui beliau dan terjadilah
percakapan ;
Sunan Kalijaga: kini
putra paduka ingat bahwa paduka lolos dari istana dan tidak keruan
tinggal dimana. Paduka dimohon kembali ke Majapahit, tetaplah menjadi
raja, dijunjung para punggawa, menjadi pusaka dan pedoman yang dijunjung
tinggi anak cucu dan para sanak saudara, dihormati dan dimintai restu
keselamatan semua di bumi. Apabila paduka berkenan memegang tahta lagi,
paduka ingin tinggal di gunung mana paduka tinggal, putra paduka memberi
busana dan makanan untuk paduka, tetapi mohon pusaka kraton di tanah
Jawa, diminta dengan tulus.
Prabu Brawijaya berkata:
aku muak bicara dengan santri mereka bicara dengan mata tujuh, lamis
semua, maka blero matanya. Menunduk dimuka tetapi memukul dibelakang.
Kata-katanya hanya manis dibibir, batinnya meraup pasir ditaburkan ke
mata , agar buta mataku ini. Dulu-dulu aku beri hati, tapi balasannya
seperti kenyung buntut.
Sunan Kalijaga: apabila prabu tidak bersedia mengikuti saranku lebih baik bunuh saja hamba.
Prabu Brawijaya: Sahid
duduklah dulu kupikir baik-baik kupertimbangkan saranmu, benar dan
salahnya, baik dan buruknya, karena aku khawatir omongmu itu bohong
saja. Seumpama aku ke Majapahit Si Patah bencinya tidak sembuh punya
ayah Buda kawak kafir kufur, kemudian aku ditangkap, dikebiri, disuruh
menunggu pintu belakang, pagi sore dibokongi sembahyang, apabila tidak
tahu kemudian dicuci di kolam digosok dengan ilalang kering. Coba
pikirlah Sahid alangkah sedih hatiku orang sudah tua renta,lemah tak
berdaya kok akan direndam dalam air.
Sunan Kalijaga: mustahil
jika demikian besok hamba yang tanggung, tidak mungkin putra paduka
berlaku demikian. Akan halnya masalah agama hanya terserah sekehendak
paduka, namum lebih baik paduka berkenan berganti syarat Rasul dan
mengucapkan asma Allah. Akan tetapi jika paduka tidak berkenan itu tidak
masalah. Toh hanya soal agama. Pedoman orang Islam itu syahadat,
meskipun salat dingklak-dingkluk jika belum paham syahadat itu tetap
kafir namanya.
Terjadi percakapan Teologi dan Sunan
Kalijaga berbicara banyak-banyak agar Prabu Brawijaya berkenan pindah
agama, jika paduka memeluk Islam, manusia Jawa tentu kemudian Islam
semua, setelah itu prabu Brawijaya mengucapkan kalimat syahadat.
Setelah kejadian itu minta potong rambut, tetapi belum lahir bathin rambut paduka belum bisa terpotong.
Setelah potong rambut…
Prabu Brawijaya: kamu
berdua kuberi tahu mulai hari ini aku meninggalkan agama Buda dan
memeluk agama Islam. Kalau kalian mau, kalian akan kuajak pindah agama
Rasul dan meninggalkan agama Buda.
Sabdo Palon: hamba ini
Ratu Dang Hyang yang menjaga tanah Jawa. Siapa yang bertahta, menjadi
asuhan hamba. Mulai darileluhur paduka dahulu, Sang Wiku Manumasa,
Sakutrem dan Bambang Sakri, turun-temurun sampai sekarang. Hamba
mengasuh penurun raja-raja Jawa. Hamba tidak tidur sampai 200 tahun.
Selama tidur hamba selalu ada perang saudara, manusia yang nakal
membunuh bangsanya sendiri, sampai sekarang umur hamba sudah 2.000 lebih
3 tahun dalam mengasuh raja-raja Jawa, tidak ada yang berubah agamanya,
sejak pertama menepati agama Buda. Baru paduka berani meninggalkan
pedoman leluhur Jawa. Jawa artinya tahu. Mau menerima berarti Jawan.
Kalu hanya ikut-ikutan akan membuat celaka muksa paduka kelak.
Halilintar bersahutan menyambut perkataan
Wikutama (Sabdo Palon). Prabu Brawijaya disindir oleh Dewata karena mau
masuk agama Islam, yaitu dengan perwujudan keadaan dunia ditambah tiga
hal: (1). rumput jawan (2) padi Randanunut dan (3) padi Mriyi.
Prabu Brawijaya: bagaimana niatmu, mau apa tidak meninggalkan agama Buda masuk agama Rasul.
Sabda Palon: paduka
masuklah sendiri. Hamba tidak tega melihat watak sia-sia, seperti
manusia Arab itu. Menginjak-injak hukum, menginjak-injak tatanan. Jika
hamba pindah agama pasti akan celaka muksa hamba kelak. Yang mengatakan
mulia itu kan orang Arab dan orang Islam semua memuji diri sendiri. Mati
yang utama itu sewu satus telung puluh . Artinya satus itu putus, telu
itu tilas, puluh itu pulih, wujud kembali, wujudnya rusak, tetapi yang
rusak berasal dari ruh.
Prabu Brawijaya: ”ciptaku menempel pada orang-orang yang lebih”.
Sabdo Palon: itu manusia
tersesat, seperti kemladeyan menempel di pohon besar, tidakpunya
kemuliaan sendiri hanya numpang. Itu bukan mati yang utama. Tapi matinya
manusia nista, sukanya menempel, ikut-ikutan, tidak memiliki sendiri,
jika diusir gentayangan menjadi kuntilanak.
Prabu Brawijaya: aku akan kembali kepada suwung, kekosongan, ketika aku belum maujud apa-apa, demikianlah tujuan matiku kelak.
Sabda Palon: itu matinya
manusia tidak berguna, ketika hidupnya seperti hewan, hanya makan,
minum dan tidur. Demikian hidupbisa gemuk kaya daging. Penting minum dan
kencing saja, hilang hidup dalam mati.
Prabu Brawijaya: aku menunggui tempat kubur, apabila sudah hancur luluh menjadi abu.
Sabdo Palon: itulah
matinya orang bodoh, menjadisetan kuburan, menunggui daging di kuburan,
daging sudah luluh menjadi tanah, tidak mengerti ruh baru. Itu manusia
bodoh.
Prabu Brawijaya: aku akan muksah dengan ragaku.
Sabdo Palon: kalau orang Islam terang tidak bisa muksa, tidak mampu meringkas makan badannya, gemuk kebanyakan daging.
Prabu Brawijaya: aku tidak punya kehendak apa-apa, tidak bisa memilih, terserah Yang Maha Kuasa. Dimanakah Tuhan Yang Sejati ?
Sabdo Palon: tidak jauh tidak dekat, paduka bayangannya sendiri. Paduka wujud sifat sukma. Sejatinya tinggal budi, hawa, dan badan.
Prabu Brawijaya: apa kamu tidak mau masuk agama Islam ?
Sabdo Palon: ikut agama
lama, kepada agama baru tidak !. kenapa paduka berganti agama tidak
bertanya kepada hamba ? Apakah paduka lupa nama hamba Sabdo Palon ?.
Sabdo atinya kata-kata, Palon kayu pengancing kandang. Naya artinya
pandangan, Genggong artinya langgeng tidak berubah. Jadi bicara hamba
itu bisa untuk pedoman orang tanah Jawa, langgeng selamanya. Sungguh
jika sudah berganti agama Islam,meninggalkan agama Buda, keturunan
paduka akan celaka, Jawa tinggal jawan, artinya hilang, suka ikut bangsa
lain. Paduka besok saksikan banyak manusia sua menipu, berani bertindak
nista, dan suka bersumpah. Besok setelah bertaubat ingat kepada agama
Buda lagi dan kemudian mau makan buah pengetahuan, Dewa kemudian
memaafkan, hujan kembali seperti jaman Buda.
Prabu Brawijaya: aku
menyesal masuk Islam dan meninggalkan agama Budha. Ia masuk agama Islam
karena istrinya putri Cempa yang mengatakan orang agama Islam itu kelak
apabila mati akan masuk surga yang melebihi surganya orang kafir.
Sabdo Palon: sejak jaman
kuna, bila laki-laki menurut perempuan, pasti sengsara, karena
perempuan itu utamanya untuk wadah, tidak berwenang mulai kehendak. Aku
akan memisahkan diri dengan paduka.
Prabu Brawijaya: kamu
cela tanpa guna, karena sudah terlanjur, sekarang hanya kamu yang
kutanya,masih tetapkah tekadmu? Aku masuk agama Islam disaksikan oleh Si
Sahid, sudah tidak bisa kembali lagi ke agama Buda. Kamu mau pergi
kemana ?
Sabdo Palon: tidak
pergi, tetapi tidak berada di situ, hanya menepati yang namanya Semar,
artinya melingkupi sekalian wujud, anglela kalingan padang.
Prabu Brawijaya: ”Aku
bersumpah besok apabila ada orang Jawa tua, berpengetahuan, yaitulah
yang akan diasuh Sabdo Palon. Orang tua itu akan diajari benar salah”.
Besok gantilah Negara Blambangan dengan nama Negara Banyuwangi agar
menjadi pertanda kembalinya Sabdo Palon ke tanah Jawa membawa asuhannya.
Setelah meninggal Prabu Brawijaya, Raden
Patah datang ke kubur ayahnya sendiri terdengar suara yang memekikkan
telinga ”Habis cinta kasihku kepada anak enakanlah makan dan tidur. Ada
gajah digertak seperti kucing, walaupun mati wujudku, tetapi ingatlah
besok, apabila sudah agama Kawruh, besok akan ku balas. Kuajari tahu
benar dan salah, cara memangku kerajaan, makan babi seperti jaman
Majapahit”.
Sunan Kalijaga diampuni oleh Allah,
dengan pasemon adanya orang-orang yang punggungnya sampai ke punuk
disisipi tatal kayu jati. Maksudnya punukmu panakna, ilmu sejati itu
tidak usah berguru kepada orang Arab.
Ini Merupakan awal proses Kita di masa depan untuk menghadapi kenyataan yang akan datang…
Masih di ragukan kisah nya.. Sulit mencari sumber yg benar dari kisah nenek moyang tanah jawa... Banyak mengandung klenik& gururnya/ tahayul
BalasHapus