Bulan Maret yang lalu saya memiliki beberapa hari waktu libur, sehingga
saya memutuskan untuk pergi ke Filipina seorang diri. Bohol atau Palawan
sangat menarik untuk dikunjungi, namun karena singkatnya waktu yang
saya miliki, sulit untuk mencapai kedua tempat tersebut.
Lagipula, sebagai orang Indonesia dengan pantai-pantainya yang luar biasa indah, mengapa saya harus ke Filipina untuk berwisata pantai. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk pergi ke Tagaytay di Provinsi Cavite selain mengunjungi Manila.
Tagaytay adalah salah satu tujuan wisata populer di Filipina, terutama bagi mereka yang berada di Pulau Luzon. Kota kecil ini berada di dataran tinggi dengan suhu udara relatif lebih sejuk daripada daerah lain di pulau. Selain itu, di Tagaytay ada Gunung Taal, gunung api terkecil di dunia yang berada di tengah-tengah Danau Taal. Sementara itu di tengah-tengah Gunung Taal adalah sebuah kaldera yang berbentuk seperti danau.
Jadi, saya berangkat dengan sebuah maskapai Filipina dari Jakarta. Penerbangan tengah malam tersebut membawa saya tiba di Ninoy Aquino International Airport (NAIA) pada pukul 06.00 pagi. Sebelum berangkat, saya sempat bertanya kepada beberapa rekan Filipina, bagaimana caranya pergi ke Tagaytay.
Mereka semua menyarankan untuk memilih taksi kuning dengan argometer. Sayangnya, ketika bertanya pada petugas taksi, ia mengatakan bahwa peraturan baru menyatakan taksi kuning tidak boleh keluar dari Metro Manila.
Akhirnya, saya menguji keberuntungan dengan bertanya ke konter taksi putih dengan tarif yang ditentukan di depan. Kabar buruk. Mereka mengatakan bahwa ongkos taksi ke Tagaytay adalah 1000 peso Filipina atau sekitar 80 dolar Amerika! Tentu saja saya tidak mau membayar begitu banyak, masa ongkos taksi sekali jalan lebih mahal daripada ongkos tiket Jakarta-Manila.
Untung saya membawa buku panduan yang menginformasikan bahwa bus menuju Tagaytay dapat dicari di Pasay City. Dengan taksi kuning berargometer, saya hanya membayar sekitar 20 ribu rupiah hingga ke Pasay City. Dari Terminal Pasay saya naik salah satu bus dengan tulisan Tagaytay di kaca depan.
Sebenarnya, bus-bus tersebut menuju ke kota Nasugbu dan Balayan melalui Aguinaldo Highway yang melewati kota Tagaytay. Dengan ongkos sekitar 15 ribu rupiah -- saya lupa berapa peso tepatnya -- saya menikmati perjalanan tiga jam dalam bus yang baru, bersih, ber-AC, dan sangat nyaman. Kondekturnya menggunakan mesin tiket elektronik ketika penumpang membayar ongkos. Sistem ini sangat bagus untuk meminimalisasi kecurangan.
Perjalanan dengan bus menuju ke Tagaytay tidak terlalu berbeda dengan di Indonesia. Lalu lintas cukup buruk di Manila, namun makin membaik ketika kami makin menjauhi kota. Perjalanan melalui beberapa kota, antara lain Dasmarinas dan Silang. Saya turun ketika tiba di Plaza Olivarez di Tagaytay City.
Danau Taal berada di Provinsi Barangas, sekitar 20 menit menggunakan becak motor. Christopher, pengemudi becak saya, mengendarai becak melalui jalanan berliku turun mendekati bibir danau. Pemandangan danau sangat indah. di tepi danau, Anda harus menyewa perahu untuk menyeberang hingga ke Pulau Taal.
Sesampainya di pulau, Anda dapat menyewa kuda -- lebih tepatnya keledai -- untuk membawa Anda ke kawah, sekitar satu jam perjalanan. Harganya cukup mahal, waktu itu saya membayar sekitar 300 ribu rupiah pulang pergi. Bila Anda merasa cukup kuat, Anda dapat berjalan memilih untuk berjalan kaki. Jalan setapak menuju kawah sangat kering, berdebu, dengan medan yang cukup sulit.
Pastikan Anda mengenakan topi lebar, kacamata hitam, serta masker. Anda juga akan membutuhkan banyak air putih karena terik matahari.
Kawah tersebut seluas kira-kira dua kilometer persegi. di tengah kawah ada sebuah pulau yang diberi nama Vulcan Point. Vulcan Point disebut sebagai pulau terbesar di dunia yang berada di dalam sebuah danau yang berada dalam pulau yang ada dalam danau di sebuah pulau. Cukup membingungkan bukan? Lebih jelasnya, Vulcan Point adalah sebuah pulau yang berada di Danau Kawah, di Pulau Taal yang berada di Danau Taal, di Pulau Luzon.
Objek wisata lain di sekitar Tagaytay adalah People's Park in the Sky yang merupakan puncak tertinggi di Tagaytay City. Presiden Filipina pada saat itu, Imelda Marcos, berniat membangun istana di puncak bukit tersebut namun pembangunannya tidak pernah diselesaikan.
Dari puncak bukit tersebut, Anda dapat melihat Danau Taal, Teluk Balayan, Laguna de Bay, dan Teluk Manila. Selain itu, Anda juga dapat menikmati hijaunya bukit-bukit di sekitar puncak.
Akomodasi sangat mudah ditemukan di Tagaytay City. Anda dapat memesannya lewat internet atau langsung datang. Bila Anda berkunjung ke tempat ini jangan lupa mencoba beberapa makanan tradisional. Sinigang adalah semacam sup ikan atau ayam dengan rasa gurih dan asam yang merupakan masakan umum di Filipina.
Atau coba juga balut, embrio (telur sebelum menetas) bebek yang dimakan dengan cangkangnya -- jujur saya tidak sanggup memakannya. di Tagaytay, pastikan Anda juga mencoba buko pie atau pia dengan isi kelapa muda. Yang terakhir ini adalah favorit saya!
Selamat bertualang!
Lagipula, sebagai orang Indonesia dengan pantai-pantainya yang luar biasa indah, mengapa saya harus ke Filipina untuk berwisata pantai. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk pergi ke Tagaytay di Provinsi Cavite selain mengunjungi Manila.
Tagaytay adalah salah satu tujuan wisata populer di Filipina, terutama bagi mereka yang berada di Pulau Luzon. Kota kecil ini berada di dataran tinggi dengan suhu udara relatif lebih sejuk daripada daerah lain di pulau. Selain itu, di Tagaytay ada Gunung Taal, gunung api terkecil di dunia yang berada di tengah-tengah Danau Taal. Sementara itu di tengah-tengah Gunung Taal adalah sebuah kaldera yang berbentuk seperti danau.
Jadi, saya berangkat dengan sebuah maskapai Filipina dari Jakarta. Penerbangan tengah malam tersebut membawa saya tiba di Ninoy Aquino International Airport (NAIA) pada pukul 06.00 pagi. Sebelum berangkat, saya sempat bertanya kepada beberapa rekan Filipina, bagaimana caranya pergi ke Tagaytay.
Mereka semua menyarankan untuk memilih taksi kuning dengan argometer. Sayangnya, ketika bertanya pada petugas taksi, ia mengatakan bahwa peraturan baru menyatakan taksi kuning tidak boleh keluar dari Metro Manila.
Akhirnya, saya menguji keberuntungan dengan bertanya ke konter taksi putih dengan tarif yang ditentukan di depan. Kabar buruk. Mereka mengatakan bahwa ongkos taksi ke Tagaytay adalah 1000 peso Filipina atau sekitar 80 dolar Amerika! Tentu saja saya tidak mau membayar begitu banyak, masa ongkos taksi sekali jalan lebih mahal daripada ongkos tiket Jakarta-Manila.
Untung saya membawa buku panduan yang menginformasikan bahwa bus menuju Tagaytay dapat dicari di Pasay City. Dengan taksi kuning berargometer, saya hanya membayar sekitar 20 ribu rupiah hingga ke Pasay City. Dari Terminal Pasay saya naik salah satu bus dengan tulisan Tagaytay di kaca depan.
Sebenarnya, bus-bus tersebut menuju ke kota Nasugbu dan Balayan melalui Aguinaldo Highway yang melewati kota Tagaytay. Dengan ongkos sekitar 15 ribu rupiah -- saya lupa berapa peso tepatnya -- saya menikmati perjalanan tiga jam dalam bus yang baru, bersih, ber-AC, dan sangat nyaman. Kondekturnya menggunakan mesin tiket elektronik ketika penumpang membayar ongkos. Sistem ini sangat bagus untuk meminimalisasi kecurangan.
Perjalanan dengan bus menuju ke Tagaytay tidak terlalu berbeda dengan di Indonesia. Lalu lintas cukup buruk di Manila, namun makin membaik ketika kami makin menjauhi kota. Perjalanan melalui beberapa kota, antara lain Dasmarinas dan Silang. Saya turun ketika tiba di Plaza Olivarez di Tagaytay City.
Danau Taal berada di Provinsi Barangas, sekitar 20 menit menggunakan becak motor. Christopher, pengemudi becak saya, mengendarai becak melalui jalanan berliku turun mendekati bibir danau. Pemandangan danau sangat indah. di tepi danau, Anda harus menyewa perahu untuk menyeberang hingga ke Pulau Taal.
Sesampainya di pulau, Anda dapat menyewa kuda -- lebih tepatnya keledai -- untuk membawa Anda ke kawah, sekitar satu jam perjalanan. Harganya cukup mahal, waktu itu saya membayar sekitar 300 ribu rupiah pulang pergi. Bila Anda merasa cukup kuat, Anda dapat berjalan memilih untuk berjalan kaki. Jalan setapak menuju kawah sangat kering, berdebu, dengan medan yang cukup sulit.
Pastikan Anda mengenakan topi lebar, kacamata hitam, serta masker. Anda juga akan membutuhkan banyak air putih karena terik matahari.
Kawah tersebut seluas kira-kira dua kilometer persegi. di tengah kawah ada sebuah pulau yang diberi nama Vulcan Point. Vulcan Point disebut sebagai pulau terbesar di dunia yang berada di dalam sebuah danau yang berada dalam pulau yang ada dalam danau di sebuah pulau. Cukup membingungkan bukan? Lebih jelasnya, Vulcan Point adalah sebuah pulau yang berada di Danau Kawah, di Pulau Taal yang berada di Danau Taal, di Pulau Luzon.
Objek wisata lain di sekitar Tagaytay adalah People's Park in the Sky yang merupakan puncak tertinggi di Tagaytay City. Presiden Filipina pada saat itu, Imelda Marcos, berniat membangun istana di puncak bukit tersebut namun pembangunannya tidak pernah diselesaikan.
Dari puncak bukit tersebut, Anda dapat melihat Danau Taal, Teluk Balayan, Laguna de Bay, dan Teluk Manila. Selain itu, Anda juga dapat menikmati hijaunya bukit-bukit di sekitar puncak.
Akomodasi sangat mudah ditemukan di Tagaytay City. Anda dapat memesannya lewat internet atau langsung datang. Bila Anda berkunjung ke tempat ini jangan lupa mencoba beberapa makanan tradisional. Sinigang adalah semacam sup ikan atau ayam dengan rasa gurih dan asam yang merupakan masakan umum di Filipina.
Atau coba juga balut, embrio (telur sebelum menetas) bebek yang dimakan dengan cangkangnya -- jujur saya tidak sanggup memakannya. di Tagaytay, pastikan Anda juga mencoba buko pie atau pia dengan isi kelapa muda. Yang terakhir ini adalah favorit saya!
Selamat bertualang!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar