Seperti apakah dunia masa kini memandang negara-negara Islam, stigma
teroris dan kekerasankah, atau sumber tambang yang harus dikuasai? Apa
pun itu, dalam catatan sejarah menunjukkan tempat di mana Islam pernah
menjejak, jadi bukti betapa masif dan luasnya ajaran Nabi Muhammad S.A.W
ini.
Tak sekadar luas, bangsa-bangsa Islam juga pernah merasakan "golden
age", baik dari segi kekuasaan pun pusat ilmu dunia. Kisah ini menjadi
benang merah buku "Menyusuri Kota Jejak Kejayaan Islam" terbitan Harian
Republika. 26 kota di seantero dunia jadi pusat perhatian tim penulis:
Heri Ruslan, Desy Susilawati, Dyah Meta Ratna Meta Novi, Ferry
Kisihandi, Muhammad Subarkah, dan Syahruddin El-Fikri.
Dengan enam penulis yang berlabel "jurnalis" tentunya akurasi isi dan
kenikmatan membaca tak perlu dipermasalahkan lagi. Mereka sungguh handal
memilih judul yang menarik. "Cordoba: Firdaus yang Hilang", atau
"Kosovo: Kembalinya Bangsa yang Hilang", dan "Yordania: Negeri Penjaga
Masjid Al-Aqsa". Itu contohnya, begitu khas dengan feature.
Demikian pula isinya. Banyak hal menarik --bahkan mungkin belum tahu--
yang bisa menyadarkan kita betapa besarnya Islam (masa itu). Puluhan
cendikiawan, penemu bertebaran menjadi acuan dunia. Siapa tak mengakui
sang Bapak Aljabar Al-Khawarizmi, dan ternyata ia datang dari Aleppo,
Suriah. Nama yang asing di telinga? Padahal Aleppo salah satu kota
tertua dalam sejarah manusia.
Atau ingin tahu seperti apa Islam di Tibet dan Islam telah 'menemukan'
Amerika sebelum Columbus? 234 halaman isi sungguh penuh ilmu di
dalamnya.
Namun sebagai pertimbangan, setelah melahap buku ini, tanyalah ke dalam
diri, "Apa yang terjadi dengan bangsa Islam kini, ke mana Kecendikiaan
itu pergi berganti kisruh di Timur Tengah yang seolah tak berujung? Atau
semoga justru timbul semangat untuk mengembalikan kejayaan itu. Semoga
terinspirasi...
Sumber: rumahbacaonline.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar