Kita telah mengenal Atlantis yang
legendaris sejak lama. Selain menarik minat para arkeolog dan
penjelajah, Atlantis juga menarik perhatian para panganut new age,
ufolog hingga nazi Jerman. Bahkan beberapa orang mengatakan bahwa bangsa
Atlantis adalah sekelompok ras super keturunan alien yang memiliki
teknologi tinggi. Tapi ngomong-ngomong, berapa banyak dari kalian yang
pernah membaca buku Timaeus dan Critias tulisan Plato?
Timaeus dan Critias adalah sebuah buku
yang ditulis dalam rupa dialog yang terjadi antara Timaeus, Critias,
Hermocrates dan Socrates. Dalam buku itu, kisah Atlantis diceritakan
oleh Critias yang mendengar kisah itu dari kakeknya yang juga bernama
Critias. Sedangkan Critias (sang kakek) mendengarnya dari Solon. Dan
Solon mendengarnya dari para pendeta Mesir.
Timaeus hanya sedikit menyinggung soal
Atlantis. Sedangkan Critias lebih banyak mendeskripsikan Atlantis.
Namun, Critias sepertinya belum diselesaikan oleh Plato sehingga kita
hanya mendapat sepenggal kisah Atlantis. Tapi paling tidak cukup untuk
mengambil pelajaran dari bangsa yang luar biasa ini.
Lokasi Atlantis
“Kekuatan ini datang dari samudera
Atlantik. Pada waktu itu, samudera Atlantik dapat dilayari dan ada
sebuah pulau yang terletak di hadapan selat yang engkau sebut
pilar-pilar Herkules.
Pulau itu lebih luas dibandingkan
dengan gabungan Libya dan Asia dan pilar-pilar ini juga merupakan pintu
masuk ke pulau-pulau lain di sekitarnya, dan dari pulau-pulau itu engkau
dapat sampai ke seluruh benua yang menjadi pembatas laut Atlantik.
Laut yang ada di dalam pilar-pilar
Herkules hanyalah seperti sebuah pelabuhan yang memiliki pintu masuk
sempit. Namun laut yang di luarnya adalah laut yang sesungguhnya, dan
benua yang mengelilinginya dapat disebut benua tanpa batas.
Di wilayah Atlantis ini, ada sebuah
kerajaan besar yang memerintah keseluruhan pulau dan pulau lain
disekitarnya serta sebagian wilayah di benua lainnya” (Timaeus)
Asal mula bangsa Atlantis
“Sebelumnya aku telah berbicara
mengenai pembagian wilayah yang diadakan bagi para dewa dan bagaimana
mereka tersebar ke seluruh dunia dalam proporsi yang berbeda-beda. Dan
Poseidon, menerima bagiannya, yaitu pulau Atlantis.” (Critias)
“Di tengah-tengah pulau itu ada sebuah
dataran yang dianggap terbaik dan memiliki tanah yang subur. Di situ
ada sebuah gunung yang tidak terlalu tinggi di masing sisi-sisinya. Di
gunung itu tinggal seorang pria fana bernama Evenor yang memiliki
seorang istri bernama Leucippe. Mereka memiliki satu anak perempuan
bernama Cleito. Ketika Cleito telah dewasa, ayah dan ibunya meninggal
dunia. Poseidon jatuh cinta dan bersetubuh dengannya.” (Critias)
Karakteristik Tanah Atlantis
“Poseidon lalu memecahkan tanah di
sekitar bukit tempat tinggal Cleito sehingga bukit itu terpisah dari
dataran lain. Bukit itu sekarang dikelilingi oleh laut yang berbentuk
lingkaran. Poseidon membuat dua bagian daratan seperti ini sehingga
jumlahnya menjadi dua daratan yang dikelilingi tiga wilayah perairan.”
(Critias)
“Masing-masing daratan memiliki
sirkumferen yang berjarak sama dari tengah pulau tersebut. Jadi tidak
ada satu orang dan satu kapalpun yang dapat mencapai pulau itu. Poseidon
lalu membuat dua mata air di tengah-tengah pulau, satu air hangat dan
satu lagi air dingin. ia juga membuat berbagai macam makanan muncul dari
tanah yang subur.” (Critias)
Nenek Moyang Bangsa Atlantis
“Poseidon dan Cleito memiliki lima
pasang anak kembar laki-laki. Ia lalu membagi pulau Atlantis menjadi
sepuluh bagian. Ia memberikan kepada anak tertua dari pasangan kembar
pertama tempat kediaman ibu mereka dan wilayah yang mengelilinginya yang
merupakan tanah terluas dan terbaik. Ia juga menjadikannya raja atas
saudara-saudaranya. Poseidon memberi nama anak itu Atlas. Dan karenanya
seluruh pulau dan samudera itu disebut Atlantik.” (Critias)
Kemakmuran Bangsa Atlantis
“Tanah Atlantis adalah tanah yang terbaik di dunia dan karenanya mampu menampung pasukan dalam jumlah besar.” (Critias)
“Tanah itu juga mendapatkan keuntungan dari curah hujan tahunan, memiliki persediaan yang melimpah di semua tempat.” (Critias)
“Orichalcum bisa digali di banyak
wilayah di pulau itu. Pada masa itu Orichalcum lebih berharga dibanding
benda berharga apapun, kecuali emas. Di pulau itu juga banyak terdapat
kayu untuk pekerjaan para tukang kayu dan cukup banyak persediaan untuk
hewan-hewan ternak ataupun hewan liar, yang hidup di sungai ataupun
darat, yang hidup di gunung ataupun dataran. Bahkan di pulau itu juga
terdapat banyak gajah” (Critias)
Struktur Masyarakat Atlantis
“Pada masa itu, wilayah Atlantis
didiami oleh berbagai kelas masyarakat. Ada tukang batu, tukang kayu,
ada suami-suami dan para prajurit. Bagi para prajurit, mereka mendapat
wilayah sendiri dan semua keperluan untuk kehidupan dan pendidikan
disediakan dengan berlimpah. Mereka tidak pernah menganggap bahwa
kepunyaan mereka adalah milik mereka sendiri. Mereka menganggapnya
sebagai kepunyaan bersama. Mereka juga tidak pernah menuntut makanan
lebih banyak dari yang dibutuhkan.” (Critias)
“Para prajurit ini tinggal di sekitar
kuil Athena dan Hephaestus di puncak bukit. Di tempat itu mereka
kemudian membuat pagar untuk melindungi tempat itu. Di sebelah utara,
mereka membangun ruangan untuk makan di musim dingin dan membuat
bangunan-bangunan yang dapat digunakan untuk kebutuhan bersama.”
(Critias)
“Mereka tidak memuja emas dan perak
karena bagi mereka, semua itu tidak ada gunanya. mereka juga membangun
rumah sederhana dimana anak-anak mereka dapat bertumbuh.” (Critias)
‘Inilah cara mereka hidup, mereka
menjadi penjaga kaum mereka sendiri dan menjadi pemimpin bagi seluruh
kaum Helenis yang dengan sukarela menjadi pengikut mereka. Lalu mereka
juga menjaga jumlah perempuan dan laki-laki dalam jumlah yang sama untuk
berjaga-jaga bila terjadi perang. Dengan cara inilah mereka mengelola
wilayah mereka dan seluruh wilayah Hellas dengan adil. Atlantis menjadi
sangat termashyur di seluruh Eropa dan Asia karena ketampanan dan
kebaikan hati para penduduknya.” (Critias)
Teknologi Atlantis
“Mereka membangun kuil, istana dan
pelabuhan-pelabuhan. Mereka juga mengatur seluruh wilayah dengan susunan
sebagai berikut : pertama mereka membangun jembatan untuk menghubungkan
wilayah air dengan daratan yang mengelilingi kota kuno. Lalu membuat
jalan dari dan ke arah istana. Mereka membangun istana di tempat
kediaman dewa-dewa dan nenek moyang mereka yang terus dipelihara oleh
generasi berikutnya. Setiap raja menurunkan kemampuannya yang luar biasa
kepada raja berikutnya hingga mereka mampu membangun bangunan yang luar
biasa besar dan indah.” (Critias)
“Dan mereka membangun sebuah kanal
selebar 300 kaki dengan kedalaman 100 kaki dan panjang 50 stadia (9 km).
Mereka juga membuat jalan masuk yang cukup besar untuk dilewati bahkan
oleh kapal terbesar dan Lewat kanal ini mereka dapat berlayar menuju
zona terluar.” (Critias)
Kehancuran Pulau Atlantis
“9.000 tahun adalah jumlah tahun yang
telah berlangsung sejak perang yang terjadi antara mereka yang berdiam
di luar pilar-pilar Herkules dengan mereka yang berdiam di dalamnya.
Perang inilah yang akan aku deskripsikan.” (Critias)
“Pasukan yang satu dipimpin oleh
kota-kota Athena. Di pihak lain, pasukannya dipimpin langsung oleh
raja-raja dari Atlantis, yaitu seperti yang telah aku jelaskan, sebuah
pulau yang lebih besar dibanding gabungan Libya dan Asia, yang kemudian
dihancurkan oleh sebuah gempa bumi dan menjadi tumpukan lumpur yang
menjadi penghalang bagi para penjelajah yang berlayar ke bagian samudera
yang lain.” (Critias)
“Banyak air bah yang telah terjadi
selama 9.000 tahun, yaitu jumlah tahun yang telah terjadi ketika aku
berbicara. Dan selama waktu itu juga telah terjadi banyak perubahan.
Tidak pernah terjadi dalam sejarah begitu banyak akumulasi tanah yang
jatuh dari pegunungan di satu wilayah. Namun tanah telah berjatuhan dan
menimbun wilayah Atlantis dan menutupinya dari pandangan mata.”
(Critias)
“Karena hanya dalam semalam, hujan
yang luar biasa lebat menyapu bumi dan pada saat yang bersamaan terjadi
gempa bumi. Lalu muncul air bah yang menggenang seluruh wilayah.”
(Critias)
“Namun sesudah itu, muncul gempa bumi
dan banjir yang dashyat. Dan dalam satu hari satu malam, semua
penduduknya tenggelam ke dalam perut bumi dan pulau Atlantis lenyap ke
dalam samudera luas. Dan karena alasan inilah, bagian samudera disana
menjadi tidak dapat dilewati dan dijelajahi karena ada tumpukan lumpur
yang diakibatkan oleh kehancuran pulau tesebut.” (Timaeus).
Penutup – Pelajaran dari Atlantis
“Selama banyak generasi, karakter yang
mulia hidup di dalam diri mereka, mereka patuh kepada hukum dan
memiliki ketertarikan yang kuat kepada dewa. Mereka memiliki jalan hidup
yang baik, menggabungkan kelemahlembutan dengan kebijaksanaan di dalam
berbagai aspek kehidupan dan dalam hubungannya dengan sesama.” (Critias)
“Mereka tidak mau mengangkat senjata
melawan sesamanya, dan mereka akan segera bergegas menolong rajanya
ketika ada usaha untuk menggulingkannya. Mereka menolak segala kejahatan
dan hanya melakukan kebaikan. Mereka hanya menaruh sedikit perhatian
untuk kehidupan mereka sendiri. Mereka menganggap remeh harta benda emas
dan perak yang sepertinya hanya menjadi beban bagi mereka.” (Critias)
“Bahkan ketika mereka berkelimpahan di
dalam kemewahan, mata hati mereka tidak dibutakan olehnya. Mereka sadar
bahwa kekayaan mereka akan bertambah oleh perbuatan baik dan
persahabatan antara satu dengan yang lain yang juga disertai dengan
penghormatan antara sesama. Karakter-karakter semacam itu terus
bertumbuh di antara mereka.” (Critias)
“Namun, karakter-karakter mulia
tersebut mulai memudar dan menjadi terlalu sering dikompromikan. Mereka
bercampur dengan sifat-sifat duniawi, dan sifat itu kemudian menjadi
pengendali. Karena itu mereka tidak mampu lagi menanggung kekayaan yang
mereka miliki. Mereka mulai berperilaku tidak sepantasnya dan mata
mereka menjadi rabun karena mereka telah kehilangan harta mereka yang
paling berharga.” (Critias)
“Zeus, raja para dewa yang memerintah
berdasarkan hukum dan mampu melihat perbuatan-perbuatan jahat yang
mereka lakukan mulai mencanangkan hukuman bagi ras yang terhormat itu
supaya mereka dapat disadarkan dan dimurnikan. Lalu ia mulai
mengumpulkan para dewa dari tempat kediaman masing-masing. Setelah
mereka semua berkumpul, Zeus berkata : …..” (Critias)
Dan dengan kalimat itulah Critias
berakhir, tidak terselesaikan. Jadi kita tidak akan pernah tahu apa yang
ingin dikatakan oleh Zeus. Tapi bahkan walaupun buku ini tidak pernah
terselesaikan, pengaruhnya terhadap umat manusia jauh lebih besar
dibandingkan dengan ribuan buku lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar