LONDON - Perempuan dengan dandanan maupun perilaku tomboy kerap diduga sebagai lesbian. Meski tidak sepenuhnya benar, namun tim ilmuwan dari Queen Mary University di London mengklaim bahwa perempuan tomboy memang memiliki peluang lebih besar menjadi seorang lesbian.
Para ilmuwan ini berpendapat anak-anak yang menjadi lesbian atau gay di masa remaja maupun dewasanya cenderung dikarenakan saat kecil mereka berbeda dari ekspektasi gender masing-masing. Misalnya, laki-laki yang sering dikaitkan dengan kegiatan 'kasar' namun ternyata lebih sering melakukan kegiatan yang feminin, dan sebaliknya. Hal ini disebut sebagai ketidakcocokan gender.
Menurut penelitian, 50 hingga 80 persen pria yang memiliki latar belakang seperti itu ternyata menjadi gay. Sementara itu, terdapat sepertiga wanita dengan latar belakang serupa yang akhirnya tumbuh menjadi lesbian.
Kini, duo dokter Andrea Burri dan Qazi Rahman meyakini bahwa, bagi wanita, gen cukup berpengaruh terhadap ketidakcocokan gender dan orientasi seksual mereka. Demikian dilansir Daily Mail, Selasa (12/7/2011).
Keduanya mengamati 4.000 pasang kembar perempuan dan menanyakan detil tentang latar belakang serta ketertarikan seksual mereka. Dari pengamatan itu, mereka berhasil menarik kesimpulan bahwa genetika turut mempengaruhi orientasi seksual seorang wanita hingga 25 persen serta ketidakcocokan gender (31 persen).
"Kami menemukan adanya keterkaitan antara kondisi mental serta bagaimana orientasi seksual seseorang berkembang. Satu pemikiran yang kami miliki terkait hubungan ini dikarenakan keduanya tumbuh atas pengaruh gen dan hormon seks," jelas Dr Rahman.
"Selain itu, menurut kami faktor lingkungan dan genetika mendorong mekanisme lain seperti terpaan terhadap hormon seks saat masih berada di dalam rahim, hingga perbedaan dalam ketidakcocokan gender," tutupnya.
sumber
(Ilustrasi: Google) |
Menurut penelitian, 50 hingga 80 persen pria yang memiliki latar belakang seperti itu ternyata menjadi gay. Sementara itu, terdapat sepertiga wanita dengan latar belakang serupa yang akhirnya tumbuh menjadi lesbian.
Kini, duo dokter Andrea Burri dan Qazi Rahman meyakini bahwa, bagi wanita, gen cukup berpengaruh terhadap ketidakcocokan gender dan orientasi seksual mereka. Demikian dilansir Daily Mail, Selasa (12/7/2011).
Keduanya mengamati 4.000 pasang kembar perempuan dan menanyakan detil tentang latar belakang serta ketertarikan seksual mereka. Dari pengamatan itu, mereka berhasil menarik kesimpulan bahwa genetika turut mempengaruhi orientasi seksual seorang wanita hingga 25 persen serta ketidakcocokan gender (31 persen).
"Kami menemukan adanya keterkaitan antara kondisi mental serta bagaimana orientasi seksual seseorang berkembang. Satu pemikiran yang kami miliki terkait hubungan ini dikarenakan keduanya tumbuh atas pengaruh gen dan hormon seks," jelas Dr Rahman.
"Selain itu, menurut kami faktor lingkungan dan genetika mendorong mekanisme lain seperti terpaan terhadap hormon seks saat masih berada di dalam rahim, hingga perbedaan dalam ketidakcocokan gender," tutupnya.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar