Jumat, 13 Januari 2012

Truk Ramah Lingkungan, Dengan Bahan Bakar Urea



Nissan Diesel Quon saat dipamerkan di Jepang (Nissan Diesel)
VIVAnews - Terbatasnya bahan bakar fosil membuat pelaku industri otomotif memutar otak mengembangkan mobil-mobil bahan bakar irit dan ramah lingkungan. Kondisi ini tidak hanya dilakukan mobil-mobil penumpang, tetapi juga pada mobil komersial seperti truk.

Nissan Diesel misalnya, dalam ajang Indonesia International Motor Show 2010 memamerkan truk buatannya yang telah memenuhi standar emisi Euro 2, yaitu CWA 260 HT. Truk 6X4 Tractor Head ini menggunakan mesin generasi FE6TC. "Pastinya lebih irit dan menghasilkan tenaga besar," kata Andreas Mahendrawan, Technical Support PT Astra Nissan Diesel Indonesia, agen tunggal pemegang merek Nissan Diesel di Indonesia, kepada VIVAnews, Rabu 28 Juli 2010.

Tapi teknologi mutahir diesel MD-TICS + Electric Governor (RED III) membuat harga truk ini relatif lebih mahal. Truk jenis ini dibandrol Rp725 juta. Jauh lebih mahal dibandingkan truk biasanya yang dipasarkan sekitar Rp500 juta.

Meski truk ini telah menggunakan teknologi tinggi, ternyata masih kalah dengan truk-truk di negeri asalnya, Jepang. Di Negeri Sakura ini, Nissan Diesel telah meluncurkan Quon dan Condor Series. Mobil-mobil ini telah sesuai dengan Euro 5.

Kenapa truk bisa sebersih itu dengan standar emisi hingga Euro 5? Andreas mengatakan, Quon dan Condor mengusung mesin baru tipe GH 11 Series untuk kekuatan di atas 350 PS dan GH 7 Series untuk kekuatan di atas 245 PS.

Mesin ini menggunakan teknologi Flends yang menggabungkan bahan bakar solar dan urea. Bahan bakar yang dikenal dengan Ad-Blue bisa menurunkan kadar NOx dan PM pada gas buangnya. Sehingga bisa mencapai standar Euro 5.

Meskipun truk besar, Quon dan Condor menggunakan transmisi otomatis Escot V. Transmisi pintar ini bisa menekan konsumsi bahan bakar. "Bisa menghemat BBM sampai 15 persen," katanya.

Sayangnya, truk ramah lingkungan ini hanya dijual di beberapa negara maju, seperti Jepang dan Singapura. Lalu kenapa tidak diboyong ke Indonesia? "Infrastrukturnya belum siap," kata Andreas.

Bayangkan saja, di Indonesia belum ada stasiun pengisian bahan bakar umum yang menjual bahan bakar urea. "Perta-dex (bahan bakar diesel yang tidak bersubsidi) saja kalau di luar Jakarta susah, apalagi bahan bakar urea," katanya.

  Sumber : VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer